Seperti yang telah kita ketahui, Disleksia – yang umumnya ditemukan pada anak usia 7 sampai 8 tahun – merupakan gangguan kesulitan belajar yang ditandai dengan gejala-gejala seperti, ketidakmampuan membaca dengan urutan yang benar, ataupun urutan dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, serta ketidakmampuan dalam menyusun kalimat baik secara tertulis maupun lisan. Penderita disleksia ini juga seringkali menuliskan huruf secara terbalik, misal b menjadi d.
Pada anak usia dini, gejala disleksia bisa terlihat dari keterlambatan kemampuan bicara atau berkomunikasi, terbalik menuliskan huruf, ataupun kesulitan memahami arah (umumnya, sejak usia 4 tahun anak sudah mulai dapat membedakan arah kanan dan kiri, atas dan bawah).
Mereka juga memiliki kesulitan dalam hubungan sosial, sering dikucilkan sehingga menjadi minder karena kepercayaan dirinya menurun.
Meski begitu, penderita disleksia umumnya memiliki pendengaran yang lebih tajam, kemampuan visual-spasial yang baik, dan lebih kreatif.
Maka untuk membantu anak-anak dengan gangguan disleksia belajar, beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain:
- Memadu-padankan antara bunyi huruf dalam kata. Hal ini seperti berlatih bertutur.
- Menstimulus kemampuan fokus melalui permainan-permainan yang banyak melibatkan koordinasi motorik halus dan visual-spasial.
- Terus memotivasi semangat belajarnya, dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan metode belajar anak.
Jika diberikan stimulus yang tepat, anak-anak dengan gejala dileksia dapat tertolong dan tetap dapat survive dalam berkegiatan hingga dewasa nanti. Karena memang disleksia bukanlah gangguan mental dan sebagainya, melainkan hanya gangguan kesulitan belajar yangmenurut para ahli disebabkan adanya ketidakstabilan cairan kimia pada otak.
Terbukti, beberapa tokoh hebat yang tercatat dalam sejarah seperti Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Alexander Graham Bell, bahkan Tom Cruise dan Lee Kuan Yee juga menderita disleksia, dan mereka tetap dapat berkarya.
Lalu buku bagaimanakah yang dapat kita gunakan untuk membantu dan menunjang kegiatan belajar anak-anak disleksia?
Kami punya rekomendasi buku yang cocok dan ramah untuk anak-anak dengan gejala disleksia nih. Meski baru saja diluncurkan awal tahun ini, konten buku ini tak kalah bila dibandingkan dengan produk serupa yang sudah lebih dulu dikenal luas di para keluarga Indonesia. Keunikan paket buku ini ada pada keping permainannya yang berupa angka bergambar. Ya! persis seperti yang dibayangkan oleh anak-anak dengan gangguan disleksia.
Bagi anak disleksia, angka 2 akan sulit diingat bila hanya dituliskan seperti biasa. Tetapi bila digambarkan dengan bentuk kepala angsa ataupun bebek, maka anak disleksia akan lebih cepat mengenalinya sebagai angka 2! ๐
Begitu pula dengan angka 4 yang mirip kursi dan hewan aneh, angka 6 serupa siput meringkuk, 0 yang seperti badan lebah gendut, dan sebagainya.
Kemudian, kontennya juga khas mengangkat kearifan lokal Indonesia dengan berbagai gambar bertemakan budaya, adat, hewan, tumbuhan dan berbagai kegiatan keseharian anak-anak Indonesia. Pertama mencoba memainkan buku ini, kami langsung bergumam, “Waah, Indonesia bangeettt.”
Terdiri dari 6 jilid dengan tema permainan berbeda, tiap buku dalam paket PELANGI KATA ini menyajikan materi-materi pembelajaran melalui metode mencocokkan dan membandingkan gambar mulai dari arah, ukuran, bentuk, dan karakteristik potongan-potongannya. Pembelajaran tanpa teks ini sangat membantu memudahkan anak-anak (terutama anak dengan gejala disleksia) memiliki bekal untuk belajar membaca dan menulis serta berkonsentrasi.
Jadi, dengan angka bergambar pada keping permainannya, konten dengan citarasa khas Indonesia, muatan materi yang sangat bermanfaat bagi anak-anak, dan dilengkapi dengan harga yang relatif terjangkau untuk kantong kita, paket buku PELANGI KATA yang diterbitkan oleh GEO CERA, Jakarta ini dapat kami katakan: RECOMMENDED! ๐