Down Syndrom (DS) merupakan suatu gejala kelainan bawaan yang disebabkan jumlah kromosom pada seorang anak tidak sama dengan jumlah kromosom orang pada umumnya. Kromosom anak-anak dengan bawaan DS berjumlah 47 buah, sedangkan pada orang umum berjumlah 46 buah.
Hal tersebut menyebabkan beberapa perbedaan mencolok bagi anak-anak DS, seperti:
- Penampilan Mongoloid
Penampilan fisik biasanya menunjukkan tubuh pendek, puntung, lengan atau kaki kadang agak bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, kelopak mata memiliki lipatan epikantus, dan sebagainya.
Tetapi, jangan salah. Sebagian anak DS justru berpenampilan wajar selayaknya anak-anak lain. Untuk anak-anak seperti ini, diagnosis DS hanya dapat dilakukan melalui serangkaian test yang dilakukan secara medis dan psikologis.
- Adanya keterlambatan perkembangan kognitif/intelektual
Perkembangan kognitif/intelektual anak-anak DS biasanya mengalami kemunduran, sehingga tidak sama dengan usia kronologis (usia asli) mereka.
Misal, usia kronologis sudah 10 tahun, usia perkembangan kognitifnya bisa jadi baru setara dengan usia 5 atau 6 tahun.
Namun,
Tidak ada yang tidak mungkin bila kita berikhtiar dan Allah sudah berkehendak.
Seperti yang mungkin sudah sering kita dengar, ada pengalaman mengharukan dari seorang Ibu bernama Marcia Thomas (dari Memphis) yang dikisahkan oleh Jim Trelease dalam bukunya The Read Aloud Handbook.
Dikisahkan oleh Marcia, putri mereka yang bernama Jennifer terlahir dengan DS pada bulan September 1984. Sejak usia 2 bulan dokter sudah menyampaikan bahwa Jennifer hampir mengalami buta, tuli, dan keterbelakangan mental yang parah.
Lalu suatu hari Marcia dan suaminya membaca buku The Read Aloud Handbook dan mulai mengetahui pentingnya membacakan buku untuk anak-anak. Maka mereka segera memutuskan untuk mulai memberikan DIET pada Jennifer, dengan membacakan buku (read aloud) untuknya minimal 10 buku setiap hari.
Bahkan saat Jennifer sedang dirawat intensif di rumah sakit, kedua orangtuanya tetap menjalankan program DIET READ ALOUD itu dengan konsisten. JIka suatu waktu Marcia dan suaminya sedang tidak bisa menemani Jennifer, mereka meninggalkan tape yang berisi rekaman cerita dan meminta perawat menyalakannya untuk Jennifer.
Sebuah upaya yang luar biasa!
Dan ternyata, upaya kedua orang tua Jennifer tidak sia-sia. Memasuki usia SD, Jenifer selalu memperoleh nilai tertinggi untuk pelajaran membaca. Jennifer pun sangat menyukai kegiatan membaca buku.
Kelanjutan kisah dari Jennifer, meski sempat menggunakan kursi roda untuk pergi ke kampus, dia berhasil menyelesaikan kuliahnya pada sebuah Universitas dengan nilai yang memuaskan.
Mengapa membacakan buku dapat memberikan efek manfaat yang begitu mengagumkan tidak hanya bagi anak-anak DS tetapi juga untuk semua anak?
Seperti yang dilansir Bunda Umama dalam bukunya Pojok Bermain Anak (2016), efek membacakan buku untuk anak antara lain adalah:
- Menumbuhkan minat baca seumur hidup.
- Meningkatkan keterampilan membaca saat anak sudah bisa membaca.
- Mengenal bahasa dan mempercepat perkembangan bicara anak.
- Menambah kosakata dan mengajarkan bagaimana mengucapkan kata-kata baru.
- Meningkatkan kemampuan menyimak, yang nantinya sangat bermanfaat saat anak sudah sekolah ataupun belajar lebih dalam dari guru/mentor.
- Membantu anak mengenal dan memahami tata bahasa dan struktur kalimat yang benar.
- Mempererat bonding atau kedekatan jiwa anak dengan orangtua.
- Mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan imajinasi.
- Membantu anak belajar bagaimana cara mengekspresikan diri secara jelas dan penuh percaya diri.
- Mengenalkan anak pada ritme dan melodi bahasa, bahkan sebelum mereka dapat memahami kata yang diucapkan atau ditulis.
Nah Bunda, banyak banget kan keutamaan membacakan buku bagi anak-anak kita?
Yuk memulai terapi READ ALOUD untuk menstimulus anak-anak kita, baik yang terkena DS maupun tidak. 🙂