Artikel,  Catatan,  Featured Posts,  Homeschooling,  Tips Parenting

Menyusun Lifeplan Anak Homeschooling

Apa yang terbersit di benak kita saat mendengar judul film kartun anak “DORA THE EXPLORER”? 
Yes! Salah satunya mungkin kita akan teringat dengan si PETA, yang kemunculannya khas ditandai dengna jingle “I’m the map..I’m the map..”.
Film DORA mengingatkan kita untuk selalu melakukan sebuah perjalanan dengan perencanaan matang menggunakan PETA. Dengan PETA, kita tahu dan dapat memperkirakan:

  • Tujuan Perjalanan
  • Jarak & Durasi tempuh 
  • Rintangan yang akan dihadapi (apakah akan ada gunung, sungai, lembah, hutan liar, dsb)
  • Alternatif Manajemen Resiko terhadap rintangan yang akan dihadapi
  • Perbekalan yang harus dipersiapkan dan dibawa
  • Biaya perjalanan, dan sebagainya.

Berbeda dengan DORA, kita orang Indonesia jarang sekali menggunakan PETA. Umumnya kita langsung nyebur ke jalanan bermodalkan “doa” dan “bertanya sana-sini” bila ingin melakukan perjalanan. Akibatnya, tidak sedikit dari kita yang nyasar dulu muter-muter sebelum akhirnya sampai ke tujuan. *peace! 😀
Seperti halnya perjalanan ke suatu tempat, proses belajar anak-anak homeschooling juga ibarat perjalanan panjang yang sedang ditempuh. Pertanyaannya, kemana mereka menuju? Ini yang sering luput dari dunia pendidikan kita. 
Jawaban seperti “agar menjadi orang sukses”, ataupun “agar menjadi pintar dan shalih” masih terlalu besar dan mengawang-awang. Maka jadilah anak-anak sering berada dalam kondisi auto pilot yang mengikuti rutinitas belajar tanpa tahu kemana ia sedang menuju, berapa lama ia akan mencapai tempat tujuannya, apa rintangannya, dan semacamnya.
Untuk menghindari kondisi tersebut, maka penting bagi orangtua (terutama orangtua dari keluarga homeschooling) untuk mendampingi anak-anaknya menyusun sebuah LIFEPLAN, yang akan menuntun mereka di perjalnaan belajar, persis seperti si PETA menuntun DORA saat menjelajah dunia.
5 POIN PENTING yang setidaknya harus ada dalam sebuah LIFEPLAN adalah:


1. TUJUAN

Poin ini memuat tentang arahan pendidikan dan pembelajaran anak. Biasanya tujuan ini dapat dirumuskan dari visi-misi keluarga. Jika keluarga memiliki visi ingin menjadi keluarga yang berprofesi di bidang teknologi komputer, anak dapat memilih tujuan hidupnya misalnya dengan menjadi programmer, developer, konsultan, atau berbagai pilihan lainnya. 
Berbeda dengan cita-cita, TUJUAN ini tidak harus langsung berupa profesi, namun dapat diisi dengan memilih bidangnya saja dulu, misal, tujuannya nanti ingin bergerak di bidang kuliner, craft, pendidikan, bisnis, teknologi pangan, medis, dll.

2. SPESIFIKASI/SPESIALISASI

Setelah menentukan tujuan, langkah selanjutnya adalah memilih spesifikasi ataupun spesialisasi yang akan dipelajari dan dimiliki anak.

“Because GOOD is not enough, we must be DIFFERENT.” – Ibu Septi Peni Wulandani

Ya, menjadi “baik” saja belum cukup jika ingin memiliki peran dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya pada orang lain. Kita harus mampu menjadi “berbeda”, memiliki keunikan kita sendiri.
Maka anak-anak dapat kita dampingi untuk mulai melihat-lihat keunikan dirinya. Selain dari memaparkan anak dengan beragam kegiatan berbeda, keluarga dapat menggunakan berbagai tools pemetaan minat bakat untuk membantu anak menemukan potensinya. 
Contoh, jika anak berminat di bidang kuliner, bertujuan ingin memiliki usaha di bidang kuliner, selanjutnya adalah menentukan kria-kira anak berpotensi untuk memegang peran di bidang kuliner sebagai apa, apakah chef, owner restoran, kritikus makanan, produsen makanan tertentu, atau yang lain. 

3. TARGET JENJANG BELAJAR

Jika TUJUAN sudah dirumuskan, SPESIFIKASI/SPESIALISASI sudah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan JENJANG BELAJAR anak. Apakah untuk mencapai tujuan dan spesifikasi tadi, anak perlu berkuliah? atau butuh magang di tempat-tempat tertentu? 
Jika perlu kuliah, di mana ia ingin berkuliah? Bantu anak untuk menemukan tempat melanjutkan pembelajarannya yang terbaik di bidangnya. Misal, jika tadi anak berencana bergerak di bidang kuliner, dan ingin menjadi chef, maka orangtua dapat menawarkan (atau anak dapat memilih) universitas-universitas di Swiss sebagai negara dengan prestasi di bidang kuliner yang terbaik. Atau jika anak menentukan spesialisasinya adalah kuliner Asia, anak dapat memilih kuliah di Jepang, atau Thailand.
Biaya dan durasi kuliah juga perlu direncanakan. Berapa lama akan kuliah, biayanya berapa dan bersumber dari mana adalah 3 rumusan dasar dalam hal ini.

4. TARGET PROFESI

Nah, kalau yang ini adalah pendetilan dari 3 poin sebelumnya. Target profesi ini sudah seperti cita-cita, dan bisa dirumuskan sejak awal menyusun LIFEPLAN, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat berubah di perjalanan.
Yang perlu diketahui orangtua, ada ratusan jenis profesi yang dapat dipilih anak. Bahkan setiap tahun muncul puluhan profesi baru (terutama di bidang industri kreatif) yang dapat dipilih, atau diciptakan sendiri oleh anak. jadi orangtua sebaiknya tidak menggiring anak untuk memilih jenis profesi yang ada dan populer saat ini, melainkan memotivasi anak untuk terus berkarya sesuai tujuan, spesifikasi, dan target jenjang belajar yang telah disusunnya. “Rejeki will follow” kalo kata Ibu Septi mah. 🙂

“Sesungguhnya, usaha/pekerjaanmu memang berbeda-beda.” – QS.92:4


5. PERENCANAAN BRANDING

Saat anak sudah menyusun LIFEPLAN-nya hingga ke target profesi, berikutnya anak dapat mulai membayangkan, kira-kira branding seperti apa yang akan dibangunnya kelak.
Apakah seorang chef ahli masakan Nusantara yang concern pada rempah-rempah asli khas daerah-daerah di Indonesia, atau programmer game edukatif untuk media pembelajaran anak-anak usia 7-12 tahun, atau peternak Sapi perah yang ramah lingkungan, desainer batik yang setiap motifnya menyampaikan cerita tertentu, dll.
“Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut pembawaannya masing-masing”. – QS. Al-isra’:84
Perencanaan branding ini merupakan bagian dari ikhtiar memposisikan keunikan diri, untuk menjadi berbeda dengan orang lain.
Nah, Ayah Bunda, setelah menyusun LIFEPLAN, lebih berasa bukan, perjalanan pembelajaran anak lebih “terang”, lebih jelas, dan lebih mudah untuk dilakukan karena kita sudah memiliki gambaran kemana anak akan melangkah, bagaimana caranya, dan berapa lama. Bukan hanya bagi kita orangtua, anak-anak pun akan lebih mudah menjalani proses pembelajaran dan pendidikan mereka karena seperti DORA, anak sudah mengetahui apa yang ingin ia tuju.
Apakah LIFEPLAN boleh diubah?
Tentu saja boleh. Bahkan secara berkala LIFEPLAN ini hendaknya memang selalu dievaluasi pencapaiannya, apakah masih relevan dengan perkembangan anak atau tidak. Anak boleh menambah, mengurangi, mengubah isi dari LIFEPLAN-nya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar dan perkembangan potensi yang sudah ia miliki.
Yuk, jangan tunda lagi.
Segera ajak anak-anak kita menyusun LIFEPLAN-nya sendiri. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *