” The illiterate of the 21st century will not be those who can not read and write, but those who can not learn, unlearn, and relearn.” – Alvin Toffler (Futurolog)
Menurut Alvin, yang disebut buta huruf pada abad ke-21 bukanlah orang yang tidak dapat membaca dan menulis, melainkan mereka yang tidak bisa belajar (learn), melepaskan yang diketahuinya (unlearn), dan belajar ulang (relearn).
Dalam bukunya “APA ITU HOMESCHOOLING”, Pak Sumardiono (atau yang lebih akrab disapa Pak Aar) mengemukakan, menghadapi perkembangan dunia yang semakin canggih dengan dukungan berbagai peralatan teknologi, penting bagi orangtua untuk mempersiapkan anak-anaknya agar dapat menjadi pembelajar mandiri, yaitu anak-anak yang:
- Memiliki Motif Internal
Aktif dan berinisiatif, memiliki motivasi dari dirinya sendiri untuk belajar. Dalam arti, bukan lagi menjadi orang “suruhan” yang baru belajar kalau disuruh.
- Berorientasi pada Tujuan
Memiliki tujuan tentang apa yang ingin diraihnya, dan paham apa yang perlu dipelajari untuk menuju pada hal-hal yang ingin diraihnya itu.
- Terampil Mencari Bahan Belajar
Mengetahui proses untuk meraih tujuannya tadi, mencakup di mana dan bagaimana proses belajar yang dibutuhkannya.
- Pandai Mengelola Diri (self-management)
Pandai mengelola waktu dan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Seorang pembelajar mandiri tahu kapan harus bekerja keras, dan kapan harus beristirahat.
Masih menurut rangkuman perjalanan homeschooling keluarga Pak Aar, berikut adalah 3 teknik yang dapat dilakukan orangtua dalam mempersiapkan anak sebagai pembelajar mandiri:
1. Sediakan lingkungan dan kultur yang kondusif
Kembangkan budaya keluarga yang menghargai inisiatif dan keaktifan anak.
Berikan anak kesempatan untuk bertanya dan didengarkan, ketimbang hanya dijadikan objek untuk disuruh dan diperintah oleh orangtua.
Jangan lupa berikan apresiasi atas setiap inisiatif dan kerja keras anak. Berikan pula anak tanggung jawab sesuai tahapan usianya.
2. Bangun kebiasaan hidup terencana
Hiduplah dengan perencanaan, meski untuk kegiatan rutin harian. Diskusikan pula dengan anak mengenai mimpi, visi, tujuan dan rencana-rencana mereka.
bantu anak-anak untuk merealisasikan apa yang telah direncanakannya menjadi kenyataan.
3. Latih keterampilan belajar
jangan terbiasa menyuapi anak-anak dan memberikan berbagai proses instan yang menurunkan kegigihan dan kerja keras mereka.
Berikan kail, bukan ikan.
Ajari anak menggunakan search engine, kamus, mencari informasi dan keterampilan bertanya, mengikuti tutorial, peta, dan berbagai keterampilan hidup (life skills) lainnya.
Nah, Ayah Bunda, sebenarnya tidak terlalu sulit kan mempersiapkan dan memotivasi anak-anak kita untuk menjadi pembelajar mandiri? Asalkan kita mau sedikit lebih bersabar melihat dan mendampingi prosesnya, dan mau menerima setiap kegagalan ataupun kesalahan mereka sebagai evaluasi yang perlu didiskusikan dan diperbaiki bersama-sama.
Selamat mempersiapkan anak-anak menjadi PEMBELAJAR MANDIRI! 🙂