Dear teman, hawa liburan semakin terasa ya di bulan Desember ini. Apalagi sekarang liburan sudah bisa semakin bebas, destinasi wisata serta tempat staycation sudah bisa menerima wisatawan dan tentunya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sejak covid pernah mendera kita, kami jadi terbiasa liburan di rumah saja, menjadi kaum rebahan sekeluarga, nonton bareng, makan bareng yang agak mewah versi kami atau main bersama board games seperti kartu UNO serta meminimalisir penggunaan gadget.
Liburan Cara Aku
Sampai saat ini walau protokoler kesehatan mulai longgar, kami tetap menyukai liburan cara kami. Cukup diam di rumah melakukan berbagai hal menarik dan menyenangkan. Liburan cara aku berharap tenang bertemu damai.
Selain diam di rumah, kami menyukai tempat tempat cantik bernilai sejarah atau tempat wisata yang tidak terlalu ramai. Traveling terbaru yang paling mengesankan adalah jalan-jalan menggunakan bus ke Cirebon. Kami memapas beragam hal yang tadinya akan dibawa seperti baju yang dibawa harus menjadi satu dalam tas ransel. Harus rajin nyuci deh judulnya, hahaha. Jalan-jalan menggunakan bus ini mengajarkan berbagai hal pada anak saya. Bersama-sama dengan orang-orang yang beragam dalam satu perjalanan yang sama. Kita harus belajar sabar dan berempati pada sekitar, misalnya ketika ada salah satu penumpang yang mabuk darat.
Sesampainya di Cirebon selalu merasa nyaman, apalagi kami tinggal di rumah mewah, rumah menghadap sawah. Langit terlihat dengan jelas dimana sejauh mata memandang adalah sawah yang dibatasi gunung. Duduk duduk di teras ditemani semilir angin sungguh menenangkan. Tak ada berisik kendaraan, yang terdengar paling suara motor sesekali, bercampur dengan suara ayam, bebek dan burung.
Selama di Cirebon, kami berjalan-jalan ke pantai Indramayu, Kasepuhan Cirebon serta ke Masjid Merah Panjunan Masjid yang dibangun ketika zaman Sunan Gunung Jati dari batu bata merah dan sekarang masih berdiri tegak. Bangunan masjid merah kental dengan nuansa Jawa dan suasana Hindu. Selain itu tembok masjid merah ini dilengkapi ornamen piring-piring asal Tiongkok. Karena itulah masjid merah disimbolkan sebagai akulturasi budaya. Masjid Merah Panjunan memiliki ruang utama dan serambi. Untuk menuju ruang utama masjid, jamaah harus menundukan kepala karena ukuran pintu masuknya pendek. Hal ini mengajarkan kita untuk tawadu, atau tunduk kepada pencipta menurut penjaga masjid tersebut.
Saya menyukai jalan-jalan ke tempat yang mengandung sejarah. Dari sejarah kita bisa belajar banyak hal, mengenang dan mempelajarinya untuk mendapat hikmah. Itulah kenapa salah satu wishlist saya adalah liburan ke Banda Neira bersama keluarga.
Wishlist Liburan Cara Aku ke Banda Neira
Ada Apa dengan Banda Neira ?
Banda Neira, pernah mendengarnya teman? Saya mulai mencari tahu Banda Neira karena ada grup musik yang bernama Banda Neira dan lagu-lagunya saya suka. Kata-katanya sederhana tapi makjleb dan dalam. Sebagai anak senja, pasti suka deh hahaha. Grup musik Banda Neira ini terdiri dari dua orang, Rara Sekar dan Ananda Badudu. Sayangnya grup musik yang berdiri tahun 2012 ini sudah bubar tahun 2016.
Lagu dari Grup Banda Neira yang paling saya dan suami suka adalah Sampai Jadi Debu. Kami suka menyanyikannya bersama. Pernah merekamnya untuk konsumsi pribadi karena kalau di upload di media sosial nanti pada kabur dengar suara yang merdu menurut kami hahaha.
Dan karena grup band inilah saya pun semakin mencari tahu pulau cantik bernama Banda Neira. Ketika mencari tahu di Google wilayah Banda Neira, wah yang terpampang nyata itu foto foto pemandangannya yang eksotis. Sebuah pulau di Kepulauan Maluku, dan dikutip dari Wikipedia Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, dan merupakan pusat administratif Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Secara administratif, Banda Neira terbagi dalam 12 desa.
Wilayah Banda Neira
Banda Neira menjadi pusat administrasi Kecamatan Banda, dengan obyek wisata cukup lengkap. Mulai dari Gunung Api, bangunan peninggalan kolonial, pantai, hingga spot menyelam.
Melihat alamnya yang cantik, wilayah bernilai sejarah dan tempatnya yang sunyi tidak terlalu ramai menjadi alasan saya ingin pergi ke sana. Bisa menjadi tempat honeymoon lagi bareng suami nih hahaha.
Pernah lupa dengan keinginan berkunjung ke Banda Neira, healing melepas segala penat dan gundah sampai ketika membaca tulisan sahabat saya ketika SMA Bayu Wirawan mengenai Banda Neira. Auto langsung keinginan pergi kesana membuncah kembali. Apalagi ketika membaca Toko Iboek pergi kesana, saya sampai rajin melihat instastorynya. Dan membeli kenari serta produk khas daerah sana yang banyak terbuat dari rempah seperti halua kenari, nutmeg jam, sirup pala dan kayu manis. Kakinya belum menjejak tanah Banda Neira, sementara lidahnya dahulu mencecap oleh-oleh khas Banda Neira.
Jika dilihat, oleh-oleh khas Banda Neira ini banyak berasal dari rempah-rempah. Rempah-rempah inilah yang dahulu menjadi pemikat Portugis pada tahun 1500 an datang ke Banda Neira, dan VOC lama di sini membawa hasil bumi ke Belanda dan melarang warganya menjual rempahnya kepada pendatang lainnya seperti Cina, Arab, Gujarat dan Melayu. Banda Neira selain cantik memiliki nilai sejarah bagi Bangsa Indonesia. Disinilah Mohammad Hatta pernah dibuang dan hidup dalam pengasingan. Klop banget, cantik dan memiliki nilai sejarah, menjadi alasan yang pas saya ingin ke sana. Ketika segala sesuatu memiliki sejarahnya masing-masing. Datang ke Banda Neira, bisa menikmati pemandangan alamnya yang cantik dan menyusur serta mengenang sejarah lampau. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya?
Itinerary Banda Neira
Biaya Akomodasi
Untuk sampai di Banda Neira, saya tidak bisa cukup dengan koprol hahaha, jadinya saya membuka aplikasi Traveloka. Aplikasi ini menjadi andalan untuk liburan atau melakukan perjalanan. Di Traveloka kita bisa booking hotel, kereta api, bus, travel, tour, taksi, rental mobil dan antar jemput bandara. Selain itu kita bisa juga reservasi spa dan kecantikan untuk memanjakan tubuh, pembayaran, wisata kuliner dan lainnya. Traveloka ini lengkap deh membuat saya jatuh hati. Bukanya satu dapatnya banyak 😃
Dari rumah, bisa menggunakan fitur antar jemput Bandara untuk memudahkan dan memberikan rasa nyaman serta aman. Kita tinggal klik fitur antar jemput Bandara dan masukan titik jemput serta nama Bandara akan keluar pilihan kendaraan yang digunakan bisa bus atau mobil. Tak lupa pilih waktunya, tanggal berapa kita akan dijemput dari rumah menuju bandara pun sebaliknya. Karena bertiga, saya memilih opsi menggunakan mobil. Ada beberapa pilihan mobil yang bisa kita pilih.
Pesawat yang digunakan pun ada banyak pilihan dengan beragam budget, cek budget cek hahaha.
Perjalanan dari Jakarta menuju Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, dengan biaya pesawat termurah mulai Rp 2 jutaan untuk satu kali jalan.Beberapa maskapai yang melayani rute ini, antara lain Citilink, Lion Air, Batik Air, dan Garuda Indonesia.
Setelah terbang kurang lebih sekitar 3 jam 40 menit, kita akan tiba di Ambon, dan melanjutkan perjalanan ke Banda Neira dengan beberapa opsi transportasi.
Opsi Transportasi Ambon ke Banda Neira
Kita bisa naik kapal feri Bahtera Nusantara 02 dengan biaya Rp 145.000-Rp 745.000-an sesuai jenis kursi dengan waktu perjalanan kurang lebih 10 jam. Untuk makan kita bisa membawa bekal atau beli di kapal laut.
Pilihan kedua, kita bisa baik kapal besar dari Pelni (PT Pelayaran Nasional Indonesia), dengan waktu perjalanan 8-15 jam tergantung jenis kapal yang dinaiki. Harga tiket pilihan kedua ini mulai Rp 110.000 per orang, dengan tambahan mulai Rp 150.000 untuk upgrade fasilitas seperti sewa bantal dan makan.
Terakhir, ada pesawat perintis yang hanya berkapasitas 12 orang sekali jalan. Tiketnya mulai Rp 350.000 per orang, dengan durasi 45 menit. Namun, ketersediaan tiket dan bagasinya terbatas, di atas 10 kilogram bisa kena biaya tambahan. Salah satunya adalah Susy Air dengan biaya Rp 330.000/orang dengan waktu tempuh lebih cepat dibandingkan menggunakan kapal laut . Jadi jika kami bertiga menjadi Rp 990.000.
Penginapan
Ketika di Banda Neira, saya jauh dari rumah, tentu saja jadinya harus menginap jika ingin liburan di Banda Neira. Jika ingin menginap, setelah saya cari-cari infonya, saya tertarik dengan penginapan Baba Lagoon yang terletak di pinggir pantai Banda Neira. Harga penginapan pun termasuk terjangkau, mulai dari rp 350.000 per malam. Saya anggap 500.000 karena kami bertiga.