Artikel,  Catatan,  Homeschooling,  Tips Parenting

Homeschooling dengan Orangtua Bekerja

Dengan berbagai pertimbangan kendala pendidikan jalur formal alias persekolahan, orangtua lantas ingin menempuh jalur pendidikan homeschooling. Namun biasanya kemudian terkendala dengan peran Ayah dan Bunda yang sama-sama bekerja kantoran, dengan jam kerja penuh waktu dari pagi hingga sore. Mungkinkah untuk tetap menyelenggarakan homeschooling jika Ayah dan Bunda sama-sama bekerja kantoran?
Jawabannya, mungkin! 
(Horeee…!! ^_^)
Jadi gini nih, Ayah Bunda.
Homeschooling ini memang jalur pendidikan yang berbasis keluarga, tapi bukan berarti Ayah dan Bunda harus selalu menjadi tenaga pengajarnya. Lebih dari itu, orangtua sebenarnya berperan sebagai kepala sekolah, atau bahkan pemangku kebijakan pendidikan, untuk menyusun berbagai kebijakan pendidikan di rumah, termasuk menyusun kurikulum yang mencakup:

  • Jadwal kegiatan belajar
  • Metode yang digunakan
  • Bidang keilmuan/materi yang akan dipelajari
  • Target belajar
  • Evaluasi belajar
Dan perlu dipahami bahwa, kegiatan pembelajaran homeschooling tidak selalu bersifat “school-at-home”, yang hampir mirip seperti memindahkan segala sistem dan metode persekolahan ke rumah.

Anak-anak homeschooling tidak selalu membutuhkan guru yang mengajarinya sesuatu dengan metode ceramah. 
Anak-anak homeschooling bebas memanfaatkan sumber belajar lain (selain guru), seperti: Video-video pembelajaran gratis di youtube, klub/komunitas, buku-buku referensi, webinar atau kelas online, dan sebagainya.
Jadi, dalam homeschooling, fungsi orangtua lebih tepat diartikan sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan belajar anak, bukan guru yang mengajari anak muridnya.
Maka, kehadiran fasilitator untuk pendampingan proses belajar tidaklah wajib, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan. 
Untuk anak-anak yang sudah berusia 12 tahun ke atas, seharusnya sudah dapat belajar mandiri, mengatur jadwal kegiatannya sendiri dan menjalani proses belajarnya sendiri. Orangtua cukup melihat, memotivasi, menginspirasi, dan sesekali memberi arahan jika anak membutuhkannya.
Tetapi untuk anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun, biasanya sedang berproses menuju pembelajar mandiri, jadi masih akan lebih banyak membutuhkan pendampingan langsung dari orang dewasa (yang akan sangat baik bila didampingi langsung oleh Ayah Bunda). Apalagi bila anak masih usia dini, proses homeschooling usia dini sangat membutuhkan banyak pendampingan.
Nah, jadi gimana donk kalau kedua orangtua bekerja kantoran?
Ayah/Bunda (salah satu) mungkin bisa mempertimbangkan untuk resign dan beralih pada profesi-profesi yang waktu kerjanya bisa lebih fleksibel.
Taaaapiii… bila tidak memungkinkan,
maka orangtua bisa mendelegasikan proses pendampingan anak pada orang lain selama jam bekerja, dengan kriteria antara lain:

  • Sudah memahami visi misi dan alur proses homeschooling keluarga Ayah Bunda
  • Dapat dipercaya untuk tidak abai dan akan benar-benar mendampingi anak selama berkegiatan
  • Dapat membantu serta memonitor anak menyelesaikan jadwal belajar yang telah disusun
Pada jam -jam bekerja tersebut, orangtua (bersama anak) dapat memodifikasi jadwal anak sesuai kebutuhannya, agar bervariasi. Jadi tidak melulu diisi dengan kegiatan yang itu-itu saja setiap hari. Misal:
  • Senin: membaca + meresume buku, dan memasak (praktik sains di dapur)
  • Selasa: berenang dan TPA
  • rabu: kelas online bahasa inggris
  • Kamis: les robotic dan craft
  • Jumat: museum (sekaligus membuat jurnal)
Nah peran fasilitator adalah untuk memastikan seluruh kegiatan yang sudah disusun tersebut berjalan. Jika ada kendala, maka fasilitator dapat membantu anak mencari solusinya, atau melaporkan pada orangtua.
Kok sedikit sih belajarnya?

Hehe… 
Proses belajar homeschooling itu sangat berbeda dengan sistem persekolahan, Ayah Bunda.
Di homeschooling, anak tidak dijejali dengan muatan pelajaran yang kompleks dan beban satuan jam pelajaran yang banyak. Proses belajar anak-anak homeschooling berjalan lebih alami, beriringan dengan proses kegiatan harian rutinnya di rumah seperti tugas mencuci piring, mencuci baju, makan, memasak, dan sebagainya. Semua sudut rumah, dan semua kegiatan harian rutin di rumah juga adalah tempat belajar.
Jadi, jika pagi hingga sore sudah diisi dengan berbagai kegiatan seperti yang dicontohkan pada jadwal di atas, malam hari Ayah Bunda masih dapat mendampingi proses homeschooling anak-anak dengan kegiatan-kegiatan yang lebih santai, misal:
  • bermain (ular tangga, monopoli, video game edukatif, merakit bricks, dan lain-lain)
  • membacakan buku, atau membahas resume buku yang sudah dibuat anak
  • mengaji bersama
  • mendampingi anak mengikuti kelas online atau menonton video-video tutorial di youtube
  • menyelesaikan proyek craft
  • dan sebagainya

Apakah dengan begitu anak-anak homeschooling ga ketinggalan ilmu dengan anak-anak sekolah?
Sekali lagi, tujuan homeschooling sangat berbeda dengan sistem persekolahan. Di homeschooling, anak-anak tidak di-drilling untuk belajar dan tau semuanya dalam waktu singkat, melainkan belajar secara bertahap sesuai dengan kebutuhan (minat dan bakat) anak, lalu pelan-pelan mendalami bidang-bidang yang memang menjadi kompetensi anak.
So, Ayah Bunda, ternyata homeschooling ga seserem yang kita bayangkan, bukan?
Jika Ayah dan Ibu sama-sama harus bekerja penuh waktu, homeschooling (jika memang dibutuhkan dan ingin ditempuh) tetap masih dapat berlangsung.
Selamat ber-homeschooling ya, Ayah Bunda. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *